Kamis, 05 Oktober 2023

Angka Buta Aksara Di Daerah Pinggiran Masih Sangat Tinggi

Angka Buta Aksara di Daerah Pinggiran Masih Sangat Tinggi

Di era digital yang semakin maju seperti sekarang ini, penting untuk mengakui bahwa literasi dan pendidikan adalah hak asasi manusia yang mendasar. Namun, sayangnya, masih terdapat realitas yang memprihatinkan di mana angka buta aksara di daerah pinggiran masih sangat tinggi. Fenomena ini mengungkapkan kesenjangan yang ada dalam akses pendidikan dan dampak negatifnya terhadap masyarakat di daerah pinggiran.

Angka buta aksara yang tinggi di daerah pinggiran dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kurangnya aksesibilitas terhadap pendidikan yang berkualitas. Daerah pinggiran seringkali menghadapi tantangan dalam infrastruktur pendidikan yang memadai, termasuk sekolah, perpustakaan, dan guru yang terlatih. kemiskinan juga menjadi faktor yang signifikan dalam kesenjangan literasi. Banyak keluarga di daerah pinggiran yang terkendala dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga pendidikan bukanlah prioritas utama.

Selain kendala infrastruktur dan ekonomi, aspek budaya dan tradisi juga dapat mempengaruhi tingginya angka buta aksara. Beberapa komunitas di daerah pinggiran masih mempertahankan tradisi lisan dan memiliki sistem komunikasi yang berbeda. Pengetahuan dan pemahaman terhadap sistem tulisan dan membaca mungkin tidak diutamakan atau dianggap kurang relevan. Hal ini dapat menyebabkan tingkat buta aksara yang tinggi di kalangan masyarakat daerah pinggiran.

Dampak dari angka buta aksara yang tinggi ini sangat merugikan masyarakat di daerah pinggiran. Mereka sering menghadapi kesulitan dalam berkomunikasi, mengakses informasi, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau ekonomi yang lebih luas. Mereka terbatas dalam kesempatan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, mengembangkan potensi diri, dan mengakses peluang pendidikan yang lebih tinggi. Ini mengakibatkan lingkaran kemiskinan dan keterbatasan yang sulit untuk dipecahkan.

Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah perlu diambil untuk mengurangi angka buta aksara di daerah pinggiran. Pertama, perlu dilakukan investasi dalam infrastruktur pendidikan, termasuk pembangunan sekolah, pengiriman guru yang berkualitas, dan perpustakaan yang dapat diakses oleh masyarakat. Pendekatan yang berfokus pada inklusivitas dan aksesibilitas juga penting, seperti pembelajaran melalui teknologi dan program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

pendekatan yang melibatkan masyarakat dan mempertimbangkan kebudayaan lokal juga diperlukan. Menghargai tradisi lisan dan sistem komunikasi yang ada, sambil tetap memperkenalkan keterampilan literasi dan pengetahuan baru, dapat membantu membangun jemb